√ Kullu Nafsin Dzaiqotul Maut: Tulisan Arab & Terjemahan

Kullu Nafsin Dzaiqotul Maut – Kullu nafsin dzaiqotul maut merupakan permulaan dari ayat yang terdapat dalam Surat Ali Imran (3) ayat 185. Ayat ini membahas tentang kematian.

Dalam hakikatnya, setiap manusia ingin melupakan kematian karena berkeinginan untuk hidup selamanya. Namun, kenyataannya adalah kematian tidak pernah melupakan mereka. Kematian akan datang kepada setiap jiwa, tak peduli di mana mereka berada.

Kematian adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Meskipun kita cenderung menghindarinya dan berharap untuk hidup dalam kesenangan dan kelimpahan selamanya, kenyataannya adalah kematian adalah keniscayaan yang tak terelakkan. Ia adalah jalan yang harus ditempuh oleh setiap makhluk hidup di dunia ini.

Ayat ini mengingatkan kita akan fakta bahwa hidup di dunia ini bersifat sementara dan pasti akan berakhir dengan kematian. Setiap jiwa akan merasakan getirnya kematian pada waktunya yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Kita tidak dapat melupakan kematian, namun kita dapat mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapinya.

Dalam pandangan agama, kematian bukanlah akhir dari segalanya. Ia merupakan peralihan dari kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk senantiasa mengingat kematian dan menjalani kehidupan ini dengan kesadaran akan akhirat. Kematian harus mengingatkan kita untuk berbuat baik, memperbaiki diri, dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelah mati.

Arti Kullu Nafsin Dzaiqotul Maut dan Tulisan Arab

Sumber gambar: Al-Fikry

Aslinya, kata tersebut tidak berasal dari bahasa Indonesia, melainkan berasal dari bahasa Arab. Ketika kita mengamati Al-Quran, kita akan menemukannya di dalam surah Ali Imran ayat 185.

Allah taala berkalam:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Setiap jiwa pasti merasakan kematian. Sesungguhnya hanyalah disempurnakan pahala-pahala kalian di Hari Kiamat. Maka, barang siapa dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh dia telah beruntung. Dan tidaklah kehidupan dunia kecuali kesenangan yang menipu.”

Selain itu, ia juga terdapat pada surat Al-Anbiya (21) ayat 35 dan surat Al-Ankabut (29) ayat 57.

Dengan demikian, apabila kita perinci, maka rinciannya adalah sebagai berikut:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

Kullu nafsin dzaiqatul maut

Arti Ayat Kulunafsin Zaikatul Maut

Setiap makhluk hidup akan mengalami keadaan yang disebut kematian.

Setiap manusia pasti akan menghadapi suatu keadaan yang kita kenal sebagai kematian. Kematian adalah nasib yang tak terelakkan yang akan menjemput setiap jiwa.

Hal yang menarik, kematian tidak mengenal batasan usia tua. Seorang bayi, seorang anak, seorang remaja, orang dewasa, dan orang tua, semuanya sama-sama menghadapi takdir kematian.

Kematian juga merupakan suatu kejadian yang tidak ada yang mengetahui kapan akan datang. Ia muncul tiba-tiba. Terlepas dari apakah seseorang sudah siap atau belum, kematian tak memedulikannya. Ia tiba tanpa pemberitahuan pada saat waktunya tiba.

Karena itu, sungguh beruntung bagi mereka yang selalu bersiap-siap menghadapi kematian.

Baca juga: Fabiayyi Ala Irobbikuma Tukadziban: Tulisan Arab & Terjemahan.

Penjelasan Singkat QS. Ali Imran Ayat 185 Kullu Nafsin Dzaiqotul Maut

Dalam kitabnya, Syaikh Abdurrahman As-Sa’di [1/159] menjelaskan tentang ayat ini. Berikut terjemahannya:

Dalam ayat mulia ini terdapat pelajaran untuk menjauhi dunia dengan segala kefanaan dan ketidakkekalan yang dimilikinya. Dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu. Ia menjadi fitnah dengan kemewahannya, menipu dengan tipu dayanya, dan mengalihkan perhatian dengan keindahannya.

Namun, dunia ini akan berpindah. Ia berpindah dari tempat ini menuju ke kampung kekekalan, yaitu akhirat. Di akhirat, jiwa-jiwa akan diberi balasan berdasarkan apa yang telah dilakukan di dunia ini, baik perbuatan baik maupun buruk.

{Maka barangsiapa yang dijauhkan} artinya, dikeluarkan {dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh dia telah beruntung.} Ini berarti dia mendapatkan keberuntungan yang besar dengan terhindar dari siksaan yang pedih dan memasuki surga yang penuh kenikmatan, di dalamnya terdapat hal-hal yang tidak pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan terlintas di benak manusia.

Pemahaman yang sebaliknya dari ayat ini adalah bahwa orang yang tidak dijauhkan dari api neraka dan tidak dimasukkan ke dalam surga, maka sesungguhnya dia tidak beruntung. Sebaliknya, dia akan menderita kecelakaan yang kekal dan diuji dengan siksaan yang berkelanjutan.

Dalam ayat ini terdapat petunjuk halus tentang kenikmatan dan siksaan di alam barzakh. Orang yang beramal akan mendapatkan balasan sebagian dari apa yang telah mereka lakukan, dan bagi mereka akan diperlihatkan contoh-contoh dari apa yang telah mereka usahakan.

Hal ini dapat dipahami dari firman-Nya {Sesungguhnya hanya pahala kalian akan sempurna di Hari Kiamat}, yang artinya bahwa pemberian pahala yang sempurna hanya akan terjadi di Hari Kiamat.

Namun, sebagian balasan tersebut juga terjadi di alam barzakh. Bahkan, terkadang balasan tersebut juga terjadi sebelumnya di dunia, sebagaimana firman-Nya {Dan sungguh Kami akan mencicipkan kepada mereka adzab yang ringan sebelum adzab yang besar}.

Ayat tentang Kematian Kullu Nafsin Zaikatul Maut Ada Di Surah Apa Lagi?

Ayat mengenai kematian juga terdapat dalam Surah Al-Anbiya ayat 35 (QS 21:35), yang berbunyi sebagai berikut:

“Setiap yang bernyawa pasti akan mati. Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kami kalian akan dikembalikan.”

Artinya bahwa setiap makhluk yang hidup pasti akan mengalami kematian. Allah akan menguji kita dengan berbagai cobaan baik berupa keburukan maupun kebaikan. Dan pada akhirnya, hanya kepada Allah kita akan kembali.

Manusia akan menghadapi berbagai ujian dalam hidupnya. Ujian tersebut tidak hanya berupa kesulitan, tetapi juga bisa berupa kebaikan yang menjadi cobaan.

Sebagai contoh, ketika seseorang diberikan kekayaan, sebenarnya itu juga merupakan ujian. Apakah dia masih ingat kepada Allah dan orang-orang yang berhak mendapatkan sebagian dari kekayaannya yang melimpah.

Manusia akan mengalami kematian, sementara Allah adalah Yang Kekal.

Semua yang ada di dunia ini akan binasa, kecuali Allah yang kekal.

Tajwid Di Ayat Kullu Nafsin Dzaaiqotul Maut

Untuk memperdalam pemahaman tentang ilmu tajwid, mari kita bahas juga beberapa hukum tajwid yang terdapat dalam ayat tersebut.

Pada bacaan “كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِ”, terdapat beberapa hukum tajwid yang perlu diperhatikan:

  1. Ikhfa Haqiqi: Terjadi pada penggabungan antara kasrah tanwin dan huruf “dza” pada kata “نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ”. Huruf “dza” dibaca dengan ikhfa, artinya pengucapannya lebih tersembunyi atau tidak terdengar secara jelas.
  2. Mad Wajib Muttashil: Terjadi ketika ada huruf mad thabi’i bertemu dengan huruf hamzah pada kalimat “ذَاۤىِٕقَةُ”. Huruf hamzah pada kata tersebut menjadi mad wajib, yaitu harus diperpanjangkan secara muttashil atau menyambung.
  3. Idzhar Qomariyah: Terdapat pada kata “الْمَوْتِ”, karena ada huruf alif lam bertemu dengan huruf mim. Dalam hal ini, pengucapannya dibaca dengan idzhar, artinya huruf mim tidak dimadu dengan huruf lam, melainkan diucapkan secara jelas dan terpisah.
  4. Mad Layyin: Terjadi karena adanya fathah pada kata “الْمَوْتِ” dan diikuti oleh huruf wawu mati saat berhenti atau waqaf. Dalam hal ini, pengucapannya akan diperpanjangkan dengan mad layyin.

Dengan memperhatikan hukum-hukum tajwid ini, kita dapat memperbaiki bacaan ayat tersebut sesuai dengan aturan yang benar.

Kandungan Makna

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ayat “كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْت” terdapat dalam Surah Al-Anbiya ayat 35 (QS 21:35). Mari kita memahami makna yang terkandung dalam ayat tersebut.

Jika kita membaca dengan perlahan dan merenungkan maknanya, kita akan menyadari bahwa kita pasti akan mati, entah dalam hitungan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, atau lebih lama lagi.

Karena itu, kita seharusnya selalu beramal baik setiap kali kita menghembuskan nafas, karena kematian dapat menjemput kita kapan saja.

Dengan banyak melakukan kebaikan, peluang kita untuk mati dalam keadaan sedang mengerjakan kebaikan akan semakin besar.

Lebih baik mana ketika kita bertemu dengan Allah, mati dalam keadaan sedang beribadah atau dalam keadaan sedang bermain permainan kartu?

Lebih baik mana, mati dalam keadaan sedang menolong orang atau sedang asyik berdansa?

“كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْت” dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai “every soul shall taste death”.

Mari kita benar-benar merenungkan ayat ini, sehingga amalan sehari-hari kita dapat menjadi lebih baik.

Mari kita bersama-sama berdoa agar Allah senantiasa membimbing kita menuju kebaikan.

Manfaat Membaca Kullu Nafsin Dzaiqotul Maut

1. Mengingatkan tentang Kematian

Sebagai seorang Muslim, kita dapat menggunakan kalimat ini sebagai pengingat akan kematian.

Setelah kematian, kita semua akan kembali kepada Allah Swt. dan menghadapi hari perhitungan serta balasan.

Segala amal dan dosa yang kita lakukan di dunia akan mendapatkan ganjaran berupa surga dan neraka.

2. Meningkatkan Semangat Beribadah

Menghayati kalimat “kullu nafsin dzaiqotul maut” juga dapat meningkatkan semangat dalam beribadah.

Karena kita menyadari bahwa kehidupan di dunia tidaklah kekal, tetapi ada kehidupan setelah kematian.

Oleh karena itu, sebagai seorang Muslim, kita harus meningkatkan ibadah agar selalu mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya.

3. Membentuk Pribadi yang Lebih Baik

Terakhir, pengingat ini juga dapat membantu kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan memiliki akhlak yang mulia.

Kita tidak akan tergoda oleh kesenangan dunia yang bersifat sementara, karena kita menyadari bahwa kehidupan ini hanya sementara.

Selain menjaga hubungan dengan Allah Swt., kita juga diingatkan untuk berakhlak baik terhadap sesama manusia.

Catatan: Berakhlak baik tidak hanya berarti menjaga hubungan dengan Allah Swt., tetapi juga memperhatikan hubungan dengan sesama manusia.

Baca juga: Robbi Firli Waliwalidayya Warhamhuma: Tulisan Arab & Terjemah.

Kesimpulan

Demikianlah penjelasan dari biayapesantren.id singkat mengenai kalimat “Kullu nafsin dzaa’iqatul maut” dalam konteks tulisan Arab, artinya, dan penjelasannya yang dapat kami sampaikan. Semoga penjelasan ini bermanfaat. Wallahu a’lam.