√ Summum Bukmum Umyum Fahum Layarjiun: Arab & Terjemahan

Summum Bukmum Umyum Fahum Layarjiun – “Summun bukmun umyun fahum layarji’un” merupakan ayat dari Surat Al-Baqarah ayat 18. Arti dari kalimat tersebut adalah “Mereka tuli, bisu, dan buta, sehingga mereka tidak dapat kembali.”

Ayat ini menggambarkan keadaan sebagian orang yang enggan mendengar kebenaran, enggan berbicara tentang kebenaran, dan enggan melihat kebenaran. Mereka terhimpit dalam kebutaan hati dan kebingungan sehingga tidak mampu kembali kepada jalan yang benar.

Surat Al-Baqarah

Surat Al-Baqarah merupakan surat kedua dalam Al-Qur’an setelah Surat Al-Fatihah, terdiri dari 286 ayat, dan termasuk dalam golongan surat Madaniyah. Surat ini dinamakan Al-Baqarah, yang berarti “Sapi Betina” dalam bahasa Arab, karena terdapat kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada Bani Israil (ayat 67–74). Selain itu, surat ini juga dikenal dengan sebutan Fustatul Qur’an, yang berarti “Puncak Al-Qur’an,” karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surat-surat lainnya.

Surat Al-Baqarah diturunkan setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, sehingga termasuk dalam kategori surat Madaniyah. Surat ini merupakan salah satu surat yang memiliki bobot dan kepentingan yang sangat besar dalam ajaran Islam. Di dalamnya terkandung petunjuk-petunjuk penting, hukum-hukum syariat, dan berbagai cerita serta pelajaran berharga bagi umat manusia.

Salah satu ayat yang sering dikutip dan dijadikan doa dalam Surat Al-Baqarah adalah “summun bukmun umyun fahum laa yarji’uun.” Ayat ini dipercaya oleh sebagian umat Islam sebagai doa untuk memohon keselamatan dan perlindungan agar terhindar dari berbagai macam bahaya yang dapat menimpa mereka. Dengan mengucapkan doa ini, umat Muslim berharap agar Allah SWT menjaga dan melindungi mereka dari segala bentuk ancaman dan bahaya.

Doa tersebut mengandung makna bahwa seseorang memohon agar ia tidak menjadi tuli terhadap petunjuk Allah SWT, tidak menjadi bisu dalam menyuarakan kebenaran, tidak menjadi buta dalam memahami ajaran-Nya, dan tidak menjadi terpinggirkan dari jalan yang benar. Dengan berpegang teguh pada petunjuk Allah SWT, umat Muslim berharap dapat menjalani kehidupan dengan aman, dilindungi dari segala kemungkinan buruk, dan mendapatkan hidayah-Nya.

Dalam kesimpulannya, Surat Al-Baqarah merupakan surat yang memuat berbagai hukum dan petunjuk penting dalam ajaran Islam. Ayat “summun bukmun umyun fahum laa yarji’uun” dalam surat ini sering dijadikan doa untuk memohon keselamatan dan perlindungan dari Allah SWT. Semoga kita senantiasa mengambil hikmah dan mengamalkan ajaran yang terkandung dalam surat ini serta mendapatkan perlindungan dan keberkahan dari Allah SWT. Amin.

Summum Bukmum Umyum Fahum Layarjiun Artinya

Sumber gambar: TunesToTube.com

Ayat ke-18 dari surat Al-Baqarah adalah “Summum bukmum umyum fahum layarjiun.” Dalam hal bacaan, berikut adalah bunyi ayat tersebut dalam bahasa Arab, tulisan Latin, dan artinya:

صُمٌّ بُكْمٌ عُمْىٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ

Latin: Summum bukmun ‘umyun fa hum la yarji’un

Artinya:

“Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Al-Baqarah:18)

Makna Summum Bukmum Umyum Fahum Layarjiun

Summun bukmun umyun fahum laa yarji’uun mengandung makna bahwa mereka serupa dengan orang tuli. Hal ini karena mereka telah kehilangan kemampuan mendengarkan kebenaran yang dihadapkan kepada mereka.

Mereka juga serupa dengan orang bisu, karena tidak mengucapkan kebenaran yang seharusnya diutarakan. Hatinya terhalang dan mereka tidak mengungkapkan kebenaran tersebut, sehingga mereka terjebak dalam kebisuan.

Mereka juga serupa dengan orang buta, karena kehilangan kemampuan melihat dengan baik baik secara fisik maupun batin. Mereka tidak mampu mengambil pelajaran dari pengalaman dan pembelajaran yang telah mereka alami.

Karena itu, mereka tidak dapat kembali kepada iman dan kebenaran yang telah mereka tinggalkan dan mereka gantikan dengan kesesatan. Berbeda dengan mereka yang meninggalkannya karena kurang pengetahuan, mereka lebih mudah untuk kembali kepada kebenaran.

Mereka yang dimaksud disini adalah orang-orang munafik (dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 17).

Ayat ini mengajarkan tentang kerugian yang ditanggung oleh seseorang ketika ia terlibat dalam kebohongan dan konsekuensi negatif yang akan ia hadapi.

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 18

Menurut tafsir Al-Muyassar dari Kementerian Agama Saudi Arabia, ayat ini menggambarkan bahwa mereka yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah orang-orang yang tuli terhadap kebenaran, mereka tidak mampu mendengar dengan pemahaman yang mendalam. Mereka juga bisu dalam menyampaikan kebenaran, mereka tidak mampu mengungkapkannya dengan jelas dan tegas. Selain itu, mereka juga buta terhadap cahaya petunjuk hidayah.

Akibat dari kondisi mereka yang seperti itu, mereka tidak dapat kembali kepada iman yang telah mereka tinggalkan. Mereka telah menukar keimanan dengan kesesatan.

Baca juga: Naudzubillah Min Dzalik: Tulisan Arab & Terjemahan.

Ciri-Ciri Orang Munafik Pada Lafadz Summun Bukmun Umyun Fahum Laa Yarji’uun

Ciri-ciri orang munafik yang terdapat dalam lafaz “Summun bukmun umyun fahum laa yarji’uun” adalah mereka enggan mendengar dan menolak melihat kebenaran yang disampaikan oleh Rasulullah.

Lafaz tersebut memiliki makna yang mendalam bagi umat Islam dan menjadi penanda karakteristik orang munafik.

Mereka disebut sebagai “tuli” karena mereka enggan mendengarkan nasihat dan petunjuk, bahkan jika mereka mendengarnya, mereka tidak memahami.

Mereka disebut sebagai “bisu” karena mereka tidak mau mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang membingungkan mereka, mereka tidak mencari penjelasan dan petunjuk. Akibatnya, mereka kehilangan kesempatan untuk memperoleh manfaat dari pelajaran dan pengetahuan yang disampaikan oleh Rasulullah.

Mereka disebut sebagai “buta” karena mereka kehilangan manfaat pengamatan dan pembelajaran. Mereka tidak mampu belajar dari pengalaman dan peristiwa yang mereka alami, serta dari pelajaran yang dapat diambil dari bangsa-bangsa sebelumnya.

Dengan keadaan seperti itu, mereka tidak dapat kembali ke jalan yang benar. Karakteristik yang dimiliki oleh mereka membuat mereka kehilangan petunjuk iman dan mereka tetap terperangkap dalam keadaan stagnan.

Mereka tidak mampu kembali ke jalan yang benar karena sifat-sifat tersebut, dan mereka tetap terjebak dalam keadaan yang sama.

Pesan Penting

Pesan penting yang dapat kita ambil dari ayat tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

  1. Keterbukaan hati dan pikiran: Sebagai manusia, kita perlu memiliki hati yang terbuka untuk menerima dan memahami ajaran agama yang benar. Penting bagi kita untuk mendengarkan dengan seksama, mengambil pelajaran, dan memahami ajaran agama yang diturunkan. Dengan memiliki keterbukaan hati dan pikiran, kita dapat hidup dalam damai dan harmoni, serta berinteraksi dengan baik dalam masyarakat.
  2. Peningkatan pengetahuan agama: Kita harus berusaha untuk terus memperbaiki diri dan meningkatkan pengetahuan kita tentang agama. Dengan merujuk kepada Al-Quran dan Sunnah sebagai panduan hidup, kita akan terhindar dari menjadi “tuli, buta, dan bisu” terhadap kebenaran dan kebaikan agama. Melalui upaya belajar yang terus-menerus, kita dapat memperkuat pemahaman kita tentang ajaran agama dan mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan mengamalkan pesan-pesan ini, kita dapat memperoleh manfaat yang besar dalam menjalani kehidupan kita. Kita akan menjadi pribadi yang lebih bijaksana, berpegang teguh pada kebenaran agama, dan mampu berkontribusi positif dalam membentuk masyarakat yang lebih baik.

Baca juga: Hamdan Syakirin Hamdan Naimin Hamdan Yuwafi (Terjemahan).

Kesimpulan

Dalam penutup artikel dari biayapesantren.id, ayat “Summum bukmum umyum fahum layarji’un” dari surat Al-Baqarah menawarkan sebuah pengingat yang kuat tentang bahaya tersembunyi dalam ketulian, kebisuan, dan kebutaan hati. Ayat ini menggambarkan kerugian yang ditanggung oleh mereka yang menolak mendengarkan kebenaran, menutup mulut mereka untuk menyuarakannya, dan menutup mata mereka terhadap cahaya petunjuk.

Melalui ayat ini, kita diajak untuk merenungkan kepentingan mendengarkan, berbicara, dan melihat dengan bijak. Kita diingatkan akan bahaya keengganan untuk menerima kebenaran, ketidakmampuan untuk berbicara dengan jujur, dan kehilangan penglihatan yang mampu membimbing kita menuju jalan yang benar.

Dalam hidup ini, penting bagi kita untuk memperhatikan apa yang didengar, mengungkapkan kebenaran dengan berani, dan membuka mata hati kita untuk menerima petunjuk yang diberikan. Dengan demikian, kita dapat menghindari jatuh ke dalam kegelapan kesesatan dan kembali kepada jalan yang lurus.

Semoga ayat ini menginspirasi kita untuk menjadi pendengar yang baik, pembicara yang jujur, dan pengamatan yang bijak dalam perjalanan hidup kita. Mari kita jaga telinga, mulut, dan hati kita agar selalu terhubung dengan kebenaran dan cahaya petunjuk Allah.