√ Qodarullah Wa Maa Syaa a Faala: Tulisan Arab & Terjemahan

Qodarullah wa maa syaa a faala – Bagaimana langkah yang sebaiknya diambil atau dilakukan apabila seorang Muslim mengalami situasi yang tidak diharapkan, seperti kesedihan yang berkepanjangan, keputusasaan yang telah datang, dan rasa sakit yang menimpa kita? Apa yang seharusnya kita lakukan?

Wahai saudaraku, ketika kita sedang dilanda kesedihan, ingatlah bahwa dunia ini hanyalah sebuah tempat ujian yang sementara. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang terlepas dari cobaan atau tantangan, baik itu terkait dengan kesehatan maupun keadaan yang menguji sejauh mana kita dapat bersyukur, bertahan, dan bersabar dalam menghadapinya.

Ujian adalah hal yang tak terhindarkan dalam kehidupan ini, oleh karena itu kita harus bersabar dalam menghadapi segala cobaan tersebut. Lalu, apakah doa singkat yang tepat ketika kita menghadapi situasi yang tidak diinginkan? Salah satu doa yang dapat kita ucapkan adalah “Qaddarallahu Wamaa Syaa-a Fa’ala” yang memiliki makna sebagai berikut.

Arti Qadarullah wa maa syaa a fa’ala

Sumber gambar: artikel Rumah123.com

Terkait dengan kalimat doa “Qadarullah wa maa syaa-a fa’ala” atau “Qadarulluhi Wamaa Syaa-a Fa’ala”, kalimat tersebut memiliki arti “Ini adalah takdir Allah, dan apa yang Dia kehendaki Dia perbuat”. Kalimat ini diucapkan ketika seseorang mengalami sesuatu yang tidak diinginkan.

Dalam situasi seperti itu, kita dapat mengucapkan doa ini sebagai pengingat bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah takdir dan kehendak Allah yang Maha Kuasa. Dengan mengucapkan kalimat ini, kita mengakui bahwa Allah adalah penguasa mutlak atas segala peristiwa dalam kehidupan kita, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan.

Doa ini mengajarkan kita untuk menerima takdir dan keputusan Allah dengan tawakal dan kesabaran. Kita menyadari bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi kita, meskipun terkadang sulit bagi kita untuk memahaminya. Dalam keadaan apapun, kita harus mengandalkan Allah, percaya bahwa Dia akan menolong dan membimbing kita melalui cobaan yang kita hadapi.

Dengan mengucapkan kalimat ini, kita juga mengingatkan diri sendiri bahwa kita sebagai hamba Allah harus pasrah dan mengikhlaskan segala sesuatu kepada-Nya. Kita meyakini bahwa Allah memiliki rencana yang lebih besar di balik setiap ujian dan kesulitan yang kita alami.

Jadi, ketika kita dihadapkan dengan sesuatu yang tidak diinginkan, kita dapat mengucapkan kalimat doa ini sebagai bentuk rasa tawakal, keikhlasan, dan kesabaran kita kepada Allah.

Tulisan Arab Qadarullah wa maa syaa a fa’ala

Qadarullah wa maa syaa’a fa’ala memiliki arti Allah telah mentakdirkannya, dan apa yang Dia kehendaki Dia perbuat. Ungkapan Qadarullah digunakan ketika seseorang mengalami kemalangan atau situasi yang tidak menyenangkan. Banyak orang yang dalam keadaan seperti itu merasa menyesal dan berpikir bahwa kemalangan tersebut bisa dihindari jika mereka melakukan hal-hal tertentu.

Namun, manusia dapat merencanakan tetapi Allah-lah yang menentukan segalanya. Jika apa yang telah ditakdirkan oleh Allah terjadi, tidak perlu menyesali atau mengeluh, karena keluhan kita tidak akan mengubah hasil dan kita tidak bisa mengubah alur waktu.

Hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah mengambil hikmah dari kemalangan yang kita alami dan belajar untuk menjadi lebih baik di masa depan.

Tulisan Arab yang benar untuk Qadarullah adalah sebagai berikut:

قَدَرُ اللَّهِ

Sedangkan untuk tulisan Qadarullah wa maa syaa a fa’ala dalam bahasa Arab adalah sebagai berikut:

قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ

Allah telah mentakdirkannya, dan apa yang Dia kehendaki Dia perbuat.

Ungkapan Qadarullah wa maa syaa’a fa’ala sebenarnya merupakan bagian dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Hadits tentang Qadarullah wa maa syaa a fa’ala

Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

“Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, pada setiap individu terdapat kebaikan. Usahakanlah untuk mencapai apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah. Janganlah berperilaku dengan sikap yang lemah. Jika engkau ditimpa suatu musibah, janganlah engkau mengatakan, ‘Seandainya aku telah melakukan hal ini atau itu, tentu hasilnya akan berbeda.’ Tetapi katakanlah, ‘Allah telah mentakdirkannya, dan apa yang Dia kehendaki Dia perbuat.’ Karena berangan-angan semacam itu membuka pintu bagi godaan setan.” (HR. Muslim)

Dalam hadis tersebut, Rasulullah mengajarkan kepada umatnya tentang pentingnya memiliki keteguhan iman dan kekuatan dalam menjalani kehidupan. Seorang mukmin yang kuat dalam imannya cenderung lebih baik dan dicintai oleh Allah. Namun, tidak ada yang tidak memiliki kebaikan sama sekali, karena setiap individu memiliki potensi untuk berbuat kebaikan.

Rasulullah juga mendorong kita untuk berusaha mencapai apa yang bermanfaat bagi diri kita sendiri. Kita harus berupaya dengan sungguh-sungguh untuk meraih kebaikan, baik dalam hal agama maupun dunia. Selain itu, kita juga diajarkan untuk selalu memohon pertolongan kepada Allah dalam segala hal yang kita lakukan. Tidak boleh kita bersikap lemah dan pasrah terhadap tantangan hidup, tetapi kita harus memiliki semangat dan kekuatan untuk menghadapinya.

Ketika kita menghadapi musibah atau kesulitan, Rasulullah melarang kita untuk berandai-andai dan mengatakan apa yang seharusnya telah kita lakukan. Sebaliknya, kita diminta untuk menerima dengan ikhlas takdir yang Allah tentukan, dan percaya bahwa apa yang Allah kehendaki pasti memiliki hikmah di baliknya. Mengkhayal dengan berbagai kemungkinan hanya akan membuka peluang bagi godaan setan, dan itu harus dihindari.

Dengan mengikuti ajaran Rasulullah dalam hadis ini, kita diajarkan untuk memiliki keteguhan iman, berusaha mencapai kebaikan, memohon pertolongan kepada Allah, dan menerima takdir-Nya dengan ikhlas.

Keterangan Hadits

Sebagai seorang Muslim, kita seharusnya menjadi individu yang dinamis dan penuh semangat. Setiap amal yang kita lakukan tidak akan sia-sia di hadapan Allah. Ketika kita bekerja mencari nafkah untuk keluarga dan melakukan segala usaha baik untuk dunia maupun akhirat, itu dianggap sebagai sedekah bagi diri kita, sebuah ibadah yang akan mendatangkan pahala. Namun, penting untuk diingat bahwa kita tidak boleh hanya bergantung pada usaha kita semata.

Sebaliknya, kita harus menyerahkan usaha kita kepada Allah dengan berdoa, berharap, dan menyandarkan hasil akhir kepada-Nya. Dengan demikian, kita berada dalam maqam “Hanya kepada Engkau kami beribadah dan hanya kepada Engkau kami meminta pertolongan” (Iyyaka Nabudu wa Iyyaka Nastain).

Kesungguhan dan upaya tersebut harus disertai dengan sikap baik dan prasangka terhadap Allah. Kita harus yakin bahwa Allah akan memberikan yang terbaik bagi diri kita. Setiap ketetapan Allah memiliki hikmah yang mungkin tidak kita ketahui atau terlihat oleh mata kita. Oleh karena itu, ketika terjadi sesuatu yang berbeda dari yang kita harapkan, kita tetap tenang dan penuh semangat.

Kita tidak boleh melemah dan menyesali usaha yang telah kita lakukan. Penyesalan hanya akan menghapuskan amal kebaikan yang telah kita kumpulkan. Lebih dari itu, berangan-angan bahwa seandainya kita memilih usaha atau melakukan hal lain, maka hasilnya akan berbeda, adalah hal yang bertentangan dengan iman kepada takdir yang baik dan buruk menurut kita.

Mengandai-andai saat terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita akan membuka pintu bagi syaitan. Hal ini akan menimbulkan cacian, kelemahan semangat, kemarahan, keraguan, penderitaan, dan kesedihan. Semua ini termasuk perbuatan syaitan, dan itulah sebabnya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam melarang kita memberikan kesempatan bagi syaitan untuk menggoda kita dengan pikiran seperti ini.

Selanjutnya, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam memerintahkan kita untuk melihat peristiwa tersebut dari perspektif takdir. Kita harus yakin bahwa apa pun yang Allah takdirkan untuk kita pasti akan terjadi, dan tidak ada yang dapat menghalangi atau menolaknya.

… Mengandai-andai saat terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan akan membuka pintu bagi syaitan, yaitu akan menimbulkan cacian, kelemahan semangat, kemarahan, keraguan, penderitaan, dan kesedihan…

Hadits Lainnya

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberikan nasihat kepada Ibnu Abbas,

“Ketahuilah, jika seluruh umat berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu, mereka tidak akan mampu memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk mendatangkan madharat kepadamu, mereka tidak akan mampu mendatangkan madharat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah atasmu. Pena takdir telah diangkat dan lembaran-lembaran takdir telah kering.” (HR. al-Tirmidzi)

Benar, segala urusan telah selesai. Tidak mungkin apa yang telah terjadi dapat berubah. Peristiwa ini sudah tertulis dalam Lauh Mahfuzh lima puluh tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi. Apa yang telah ditetapkan akan terjadi, bagaimanapun cara seseorang berusaha.

Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menganjurkan untuk mengucapkan, “Ini adalah takdir Allah, dan apa yang Dia kehendaki Dia perbuat.” Artinya, apa yang sedang terjadi adalah takdir dan ketetapan Allah. Apa yang Allah ‘Azza wa Jalla kehendaki, Dia lakukan, dan tidak ada yang dapat menghalanginya atau menahan-Nya dalam melakukan kehendak-Nya dengan kekuasaan yang Dia miliki. Setiap yang Dia kehendaki pasti akan Dia laksanakan.

إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ

“Allah adalah Yang Maha Melakukan apa yang Dia kehendaki.” (QS. Huud: 107)

Dengan demikian, kita diperintahkan untuk menerima dengan ikhlas takdir dan ketetapan Allah. Kita meyakini bahwa apa pun yang terjadi dalam hidup kita adalah hasil dari kehendak-Nya. Tidak ada yang dapat mengubah atau menghalangi rencana-Nya. Dengan meyakini hal ini, kita akan lebih tenang dan berserah diri dalam menghadapi setiap situasi yang Allah takdirkan untuk kita.

Baca juga: Bismillahi Tawakkaltu Alallah: Tulisan Arab & Terjemahan.

Kesimpulan

Itulah penjelasan lengkap dari biayapesantren.id mengenai arti dari kalimat “Qodarullah wa maa syaa a fa’ala” beserta tulisan dalam bahasa Arab dan artinya. Artikel ini membahas salah satu kalimat dalam bahasa Arab yang sering digunakan, dan semoga bermanfaat bagi pembaca.