Innal Hamda Lillah Nahmaduhu wa Nasta’inuhu – Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Kalimat “innal hamda lillah nahmaduhu wa nasta’inuhu” biasanya digunakan atau diucapkan setelah salam sebagai pembuka dalam pidato, sambutan, teks perlombaan berpidato dalam bahasa Arab Indonesia, dan sebagainya.
Terdapat beberapa preferensi dalam penulisan muqaddimah ini. Ada yang lebih suka menuliskannya dengan huruf Latin, sementara yang lain menginginkan penulisan menggunakan huruf Arab lengkap dengan harakat dan syakal. Selain itu, ada juga yang memilih menggunakan model Arab gundul dan tulisan Latin agar lebih mudah dibaca bagi mereka yang ingin menyampaikan khutbah Jum’at atau tugas membuat pidato, termasuk dalam konteks perlombaan dan prakteknya.
Bagaimana sebenarnya penulisan “innal hamda lillah nahmaduhu wa nasta’inuhu” dalam huruf Arab? Berikut ini adalah cara penulisannya.
Tulisan Arab innal hamda lillah nahmaduhu wa nasta’inuhu berharakat dan gundul
Berikut adalah teks Arab atau tulisan dalam huruf Hijaiyah untuk kalimat “innal hamda lillah nahmaduhu wa nasta’inuhu” hingga akhir, yang dapat Anda salin dan tempel di komputer atau laptop, atau Anda juga dapat menyalinnya secara tulisan tangan.
Biasanya, tulisan ini diikuti oleh kata-kata tertentu, kemudian dilanjutkan dengan syahadatain, persaksian akan keesaan Allah dan bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Dalam versi arab berharakat adalah sebagai berikut;
ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩْ ﻭَﻧَﻌُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ. ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ
Sedangkan dalam bentuk model arab gundul adalah sebagai berikut;
ﺇﻥَّ ﺍﻟْﺤﻤْﺪ ﻟﻠﻪ ﻧﺤْﻤﺪﻩ ﻭﻧﺴﺘﻌﻴﻨﻪ ﻭﻧﺴﺘﻐﻔﺮﻩ ﻭﻧﻌﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺷﺮﻭﺭ ﺃﻧﻔﺴﻨﺎ ﻭﻣﻦ ﺳﻴﺌﺎﺕ ﺃﻋْﻤﺎﻟﻨﺎ، ﻣﻦ ﻳﻬﺪﻩ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻼ ﻣﻀﻞَّ ﻟﻪ ﻭﻣﻦ ﻳﻀﻠﻞ ﻓﻼ ﻫﺎﺩﻱ ﻟﻪ. ﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥَّ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻّ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥَّ ﻣﺤﻤَّﺪﺍ ﻋﺒﺪﻩ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ
Latin : innal hamda lillaah nahmaduhu wa nasta’iinuhu wa na’uudzu billahi min suruuri anfusinaa wa min sayyiaati a’maalinaa man yahdihillaahu falaa mudhilla lah, wa man yudhlilhu falaa haadiya lah. Asyhadu allaa ilaaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu wa rosuuluh.
Arti terjemah dalam bahasa Indonesia : Segala puji bagi Allah yang hanya kepada-Nya kami memuji, memohon pertolongan, dan mohon keampunan.
Kami berlindung kepadaNya dari kekejian diri dan kejahatan amalan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkan, dan barang siapa yang tersesat dari jalanNya maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Dan aku bersaksi bahwa tiada sembahan yang berhak disembah melainkan Allah saja, yang tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hambaNya dan RasulNya.
Baca juga: Allahumma Innaka Afuwwun Tuhibbul Afwa Fa’fu Anni (Arti).
Lanjutan kalimat innal hamda lillah nahmaduhu wa nasta’iinuhu dalam khotbah jum’ah
Dalam pelaksanaan khutbah Jum’at, biasanya muqaddimah pada khutbah pertama di atas diikuti dengan untaian kata-kata sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ
Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan materi khutbah yang dapat disampaikan dalam Bahasa Indonesia atau bahasa daerah seperti Bahasa Jawa.
Kemudian, pada khutbah kedua, salah satu kelanjutan dari kalimat “innal hamda” dan seterusnya adalah;
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛
Keutamaan Menghadiri Majelis Taklim
Terdapat berbagai keutamaan bagi seseorang yang menghadiri majelis taklim. Berikut adalah beberapa keutamaan yang dapat diperoleh dari kehadiran dalam majelis taklim:
(1) Mendapatkan Pahala
Setiap individu yang membaca doa “innalhamdalillah nahmaduhu” saat mereka menuntut ilmu, terutama dalam majelis taklim, akan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
(2) Menjadi Umat Terbaik
Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW, “Yang terbaik di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” Dengan belajar dan mengajarkan Al-Qur’an, seseorang dapat menjadi umat terbaik di mata Allah.
(3) Memperoleh Ketentraman
Menghadiri majelis taklim secara rutin akan memenuhi kehidupan seseorang dengan kedamaian dan kebahagiaan sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu, orang yang sering menghadiri majelis taklim akan menjadi lebih sabar dalam menghadapi tantangan hidup.
(4) Mendapatkan Ampunan dari Allah SWT
Bagi mereka yang dengan tulus mencari ilmu karena Allah Ta’ala, selain mendapatkan kehidupan yang penuh ketenangan, mereka juga akan memperoleh ampunan dari Allah SWT.
(5) Allah Menjamin Surga Bagi Mereka
Salah satu amal jariyah yang bisa kita lakukan adalah menyebarluaskan ilmu yang bermanfaat. Dengan mengamalkan ilmu yang kita peroleh, amal jariyah kita akan terus mengalir dan membawa kita menuju surga.
Rasulullah SAW bersabda, “Setelah seseorang meninggal dunia, semua amalannya terputus, kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak-anak yang sholeh dan sholehah.” (HR Muslim)
(6) Mendapatkan Naungan dari Malaikat Allah
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, para malaikat akan meletakkan sayap mereka atas orang-orang yang menuntut ilmu. Hal ini karena para malaikat meridhoi segala yang telah dilakukan oleh mereka yang mencari ilmu dengan ridho Allah SWT.
Dengan menghadiri majelis taklim, seseorang dapat merasakan keutamaan-keutamaan tersebut. Semoga kita semua dapat terus menuntut ilmu dan memperoleh manfaat yang bermanfaat dalam majelis taklim.
Adab Dalam Berdoa
Berikut adalah adab yang perlu diperhatikan ketika memanjatkan doa kepada Allah SWT:
- Khusyu dalam Berdoa:
Kita harus memanjatkan doa dengan penuh khusyu, artinya kita harus berdoa dengan sungguh-sungguh agar doa kita diijabah oleh Allah SWT. - Meresapi dan Memaknai Doa:
Ketika membaca atau memanjatkan doa, penting bagi kita untuk meresapi dan memaknai setiap kalimat doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT. - Mengangkat Tangan:
Ketika berdoa, kita sebaiknya mengangkat kedua tangan dengan telapak tangan yang terbuka di depan dada atau di pertengahan dada. - Menghadap Kiblat:
Sebaiknya kita menghadap kiblat ketika membaca atau memanjatkan doa kepada Allah SWT. - Tidak Terburu-buru:
Jangan tergesa-gesa, panjatkan doa dengan sungguh-sungguh dan dengan pelan. Kita harus menjaga ketenangan diri agar setiap doa yang kita panjatkan dapat meresap dalam hati dan pikiran kita. - Menjaga Etika:
Etika yang ada dalam adab berdoa harus diperhatikan ketika kita membaca atau memanjatkan doa kepada Allah SWT. Kita harus menghindari sikap semaunya sendiri dan berdoa dengan sopan kepada Allah SWT.
Dengan memperhatikan adab-adab ini, kita dapat memperkuat hubungan spiritual kita dengan Allah SWT dan menghadirkan kekhusyukan dalam setiap doa yang kita panjatkan. Semoga Allah SWT mengabulkan doa-do kita dan memberikan keberkahan dalam setiap langkah kehidupan kita.
Baca juga: La Ilaha Illa Anta Subhanaka Inni Kuntu Minadzolimin (Arti).
Kesimpulan
Dalam kesimpulan artikel dari biayapesantren.id di atas, ungkapan “Innal Hamda Lillah Nahmaduhu wa Nasta’inuhu” mengandung makna yang sangat penting dalam konteks keagamaan. Ungkapan ini merupakan bentuk pengakuan kita terhadap kebesaran Allah, rasa syukur yang tulus, dan ketergantungan kita kepada-Nya.
Dengan mengucapkan “Innal Hamda Lillah”, kita menyatakan bahwa segala puji hanya layak diberikan kepada Allah semata. Kita mengakui kebaikan-Nya, kasih sayang-Nya, dan anugerah-Nya yang tak terhingga. Ungkapan ini memperlihatkan rasa kagum dan penghormatan kita terhadap Allah.
Selanjutnya, “Nahmaduhu” menggambarkan sikap kita untuk senantiasa memuji Allah. Dalam setiap aspek kehidupan kita, kita berusaha untuk menyampaikan pujian dan penghormatan kepada-Nya. Kita menyadari bahwa Allah pantas mendapatkan pujian yang tertinggi dari hamba-hamba-Nya.
Terakhir, dengan mengucapkan “wa Nasta’inuhu”, kita mengakui ketergantungan kita kepada Allah. Kita mengakui bahwa kita adalah hamba-Nya yang lemah, yang selalu membutuhkan pertolongan-Nya dalam segala hal. Dalam ungkapan ini terkandung rasa rendah hati dan kesadaran bahwa kita tidak dapat mencapai kesuksesan atau mengatasi segala tantangan tanpa bantuan-Nya.
Dengan demikian, “Innal Hamda Lillah Nahmaduhu wa Nasta’inuhu” adalah ungkapan yang menggambarkan rasa syukur, penghormatan, dan ketergantungan kita kepada Allah. Melalui ungkapan ini, kita mengakui kebesaran-Nya, memperlihatkan rasa kagum dan penghormatan, serta merendahkan diri sebagai hamba-Nya yang memohon pertolongan-Nya.
Semoga pemahaman kita terhadap makna ini dapat menguatkan ikatan spiritual kita dengan Allah, dan menginspirasi kita untuk senantiasa bersyukur, memuji, dan mencari pertolongan-Nya dalam setiap langkah kehidupan kita. Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.