Irama shaba adalah salah satu irama dalam ilmu seni baca Qur’an. Jika Anda ingin mengetahuinya secara lebih detail, maka tepat sekali jika mampir ke artikel ini. Disini kami akan mengajak Anda untuk berkenalan dengan irama yang berasal dari Mesir tersebut.
Pengertian Irama Shaba
Secara kebahasaan, shaba memiliki arti rindu. Adapun menurut istilah, shaba adalah ialah salah satu jenis irama Qur’an yang dipopularkan oleh para Qari Arab mengikut budaya mereka.
Setiap irama Qur’an memiliki karakternya masing-masing, begitu juga dengan irama shaba. Irama ini mempunyai alunan yang lembut mendayu dan sesuai dengan ayat yang menunjukkan permohonan, merayu dan merintih.
Kemudian ia juga mempunyai gerak ringan yang meresap jiwa serta sesuai dalam tabaqot yang sederhana. Karena itu bisa dikatakan irama ini mempunyai kemiripan yang sangat kuat dengan irama bayati. Berkaca dari karakternya tersebut, akan sangat cocok bila yang membaca dengan irama ini adalah para qori yang memiliki jiwa semangat sehingga lagu ini akan nampak karakternya dan lebih bermakna.
Kemudian, suatu hal baru yang diciptakan tentu memiliki sifat dan kegunaan. Tak terkecuali dengan irama shaba. Ia juga memiliki sifat dan kegunaan yang sangat berarti dalam membaca Al Qur’an agar semakin nikmat didengar. Berikut ini sifat dan kegunaan irama shaba:
Sifat-sifat:
- Mempunyai gerak ringan dan cepat.
- Lemah lembut dan mendayu-dayu.
- Sesuai dengan tingkatan suara yang sederhana.
- Menenangkan jiwa.
Kegunaan-kegunaan:
- Dapat merendahkan ketenangan jiwa dan membawa kepada ketengan.
- Membawa rasa khusu’ dan keinsyafan.
- Memberi penyesuaikan pada ayat yang menunjukkan kegembiraan, sedih dan merayu.
- Membawa kepada kelembutan dan kefashihan ucapan.
Sejarah Irama Shaba
Sejatinya Al Qur’an telah dilagukan sejak zaman Nabi SAW, bahkan beliau sendiri lah yang melagukan Qur’an dengan suaranya yang indah dan merdu. Abdullah bin Mughaffal pernah mengilustrsikan suara Rasulullah dengan terperanjatnya unta yang ditunggangi Nabi ketika Nabi melantunkan surah Al Fath.
Kemudian, para sahabat juga memiliki minat yang besar terhadap melagukan Al Qur’an. Sejarah mencatat sejumlah sahabat yang berpredikat sebagai qari’, diantaranya adalah : Abdullah Ibnu Mas’ud dan Abu Musa Al Asy’ari.
Disusul berikutnya pada periode tabi’in, tercatat Umar bin Abdul Aziz dan Safir Al Lusi sebagai qari’ kenamaan. Sedangkan periode tabi’ tabi’in dikenal nama Abdullah bin Ali bin Abdillah Al Baghdadi dan Khalid bin Usman bin Abdurrahman.
Kendati di masa awal Islam sudah tumbuh lagu-lagu Al Quran, namun perkembangannya tak bisa dilacak dikarenakan tidak ada bukti kuat yang dapat dikaji secara lebih mendalam. Hal ini dimungkinkan karena pada saat itu belum ada alat perekam suara.
Karena itu transformasi seni baca Al Quran berlangsung secara sederhana dan turun temurun dari generasi ke generasi. Selain itu, sejarah pun tak mencatat perkembangannya pasca generasi tabi’ tabi’in.
Singkat cerita, barulah pada awal abad ke-20 masuk dua aliran utama lagu Qur’an masuk ke Indonesia. Kedua aliran tersebut ialah aliran Makkah dan Mesir. Untuk aliran Makkah dikenal lagu Banjakah, Hijaz, Mayya, Rakby, dan Dukkah. Adapun untuk aliran Mishri dikenal Bayyati, Hijaz, Shoba, Rasht, Jiharkah, Sikah, dan Nahawand.
Untuk irama shaba yang merupakan aliran mishri, ia mulai berkembang di Indonesia sejak paruh abad 20. Hal ini seiring dengan gencarnya eksebisi qari’ Mesir ke Indonesia. Yang mana dengan hadirnya mereka menjadikan maraknya lagu model Mishri di tangah-tengah qori Indonesia.
Bahkan saking gencarnya, pada tahun 60-an pemerintah Mesir mensuplai sejumlah maestro qari’ ternama kala itu seperti Syeikh Abdul Basith Abdus Somad, Syeikh Musthofa Ismail, Syeikh Mahmud Kholil Al Hushori, dan Syeikh Abdul Qadir Abdul Azim.
Tingkatan Irama Shaba
Dalam praktik membacanya, irama shaba memiliki 4 tingkatan nada yang harus diperhatikan setiap qori. Berikut tingkatannya:
Awal Maqom Shoba
Nada suara irama ini dapat dimulai dari nada antara nawa dan jawab (antara nada 2 s/d 4). Kemudian setelah itu gerakan relatif lurus bersama aksentuasi dan diakhiri dengan gerakan turun naik relatif.
Asyiron (Nawa)
Dimulai dengan sedikit nada lebih tinggi dari nada akhir awal maqom selama tidak ada kesan sumbang dengan beberapa kali aksentuasi suara. Kemudian setelah itu memperdengarkan nada turun naik tanpa dijembatani oleh gerakan-gerakan tertentu, atau dapat memberlakukan gerakan-gerakan yang menjembatani antara nada turun dan naik tersebut.
Ajami (Jawab)
Nada suara awal boleh dimulai sama dengan nada mulai shoba asyiron, kemudian naik kepada nada jawab secara mantap dan seimbang diikuti dengan aksentuasi dalam jumlah empat atau lima kali. Sementara pada nada tinggi ini dapat diperdengarkan elefasi (nada melengkung) atau gerakan secara cepat dan tepat.
Quflah Bustanjar
Nada ini merupakan nada khusus diakhir nada shoba. Nada ini biasanya dipakai pada akhir jawab dengan gerakan-gerakan tertentu. Kemudian naik dalam dua gerakan dan kembali turun dalam gerakan yang lurus kemudian sedikit naik dan turun secara bertangga dengan beberapa gerakan tertentu. Kemudian jangan lupa pada ujung suara hendaknya volume suara diperkecil
Contoh Irama Shaba
Lantas, seperti apakah irama shaba yang baik dan benar sesuai kaidah? Dan bagaimanakah cara belajar irama ini secara otodidak? Berikut ini beberapa link youtube yang dapat Anda jadikan sebagai contoh dalam belajar irama shaba:
1. Belajar irama shaba bagi pemula bersama Ust Feriza Hasan
2. Rumus nada irama shaba bersama Ust Muhamad Ikhwan
3. Pengenalan irama shaba di surat Al Fatihah bersama Ustzh Putri Purwasih
4. Bacaan tartil irama shaba oleh Syaikh Muhammad Ayyub
5. Bacaan irama shaba oleh Syaikh Misyari Rasyid
Demikian informasi ringkas seputar irama shaba. Semoga Allah Swt memberikan limpahan karunia-Nya kepada setiap muslim yang mempelajari Al Qur’an secara sungguh-sungguh.
Baca juga: