Anda sedang mencari informasi seputar irama bayati? Jika iya, Anda sangat beruntung datang ke artikel ini. Disini kami telah mengulas informasi yang Anda inginkan secara ringkas dan jelas. Selamat membaca!
Pengertian Irama Bayati
Sebelum mengenal lebih lanjut materi seputar irama bayati, hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan mengetahui definisinya terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan jika Anda tidak mengetahui definisi tentang suatu perkara yang sedang dibahas, maka dapat menimbulkan kesalahan dalam memahami bahasan tersebut.
Secara umum, bayati berasal daripada perkataan (بيت) yang bermaksud rumah atau tempat kediaman. Disebut rumah karena lagu ini biasa dilagukan sebagai lagu pembuka yang menjadi pijakan/ rumah untuk lagu-lagu berikutnya. Lagu ini masyhur dikalangan orang Mesir sekaligus dikumpulkan dalam lagu Arab Hijazi.
Menurut mayoritas ulama, irama ini dipopulerkan oleh qari-qari Arab di masanya, terutama di Mesir. Kemudian terdapat juga pendapat lain yang mengatakan Bayati berasal dari nama daerah di Iraq dan dibawa oleh orang Syria. Namun diantara kedua pendapat tersebut, yang paling diakui oleh jumhur adalah yang menyatakan bahwa irama ini berasal dari Mesir.
Kemudian, suatu hal baru yang diciptakan tentu memiliki sifat dan kegunaan. Tak terkecuali dengan irama bayati. Ia juga memiliki sifat dan kegunaan yang sangat berarti dalam membaca Al Qur’an agar semakin indah. Berikut ini sifat dan kegunaan irama bayati:
Sifat-sifat irama bayati
- Mempunyai gerak lembut dan tegas.
- Sesuai dengan tabi’i rendah dan sederhana.
- Sesuai dengan lagu penutup dan pembuka.
Kegunaan Lagu bayati:
- Untuk memberikan corak dan bunyi.
- Untuk memberi tenaga dan peningkatan yang sesuai.
- Untuk memberi pengukuran kepada lagu yang akan dibaca seterusnya.
Sejarah Irama Bayati
Sejatinya Al Qur’an telah dilagukan sejak zaman Nabi SAW, bahkan beliau sendiri lah yang melagukan Qur’an dengan suaranya yang indah dan merdu. Abdullah bin Mughaffal pernah mengilustrsikan suara Rasulullah dengan terperanjatnya unta yang ditunggangi Nabi ketika Nabi melantunkan surah Al Fath.
Kemudian, para sahabat juga memiliki minat yang besar terhadap melagukan Al Qur’an. Sejarah mencatat sejumlah sahabat yang berpredikat sebagai qari’, diantaranya adalah : Abdullah Ibnu Mas’ud dan Abu Musa Al Asy’ari.
Disusul berikutnya pada periode tabi’in, tercatat Umar bin Abdul Aziz dan Safir Al Lusi sebagai qari’ kenamaan. Sedangkan periode tabi’ tabi’in dikenal nama Abdullah bin Ali bin Abdillah Al Baghdadi dan Khalid bin Usman bin Abdurrahman.
Kendati di masa awal Islam sudah tumbuh lagu-lagu Al Quran, namun perkembangannya tak bisa dilacak dikarenakan tidak ada bukti kuat yang dapat dikaji secara lebih mendalam. Hal ini dimungkinkan karena pada saat itu belum ada alat perekam suara. Karena itu transformasi seni baca Al Quran berlangsung secara sederhana dan turun temurun dari generasi ke generasi. Selain itu, sejarah pun tak mencatat perkembangannya pasca generasi tabi’ tabi’in.
Singkat cerita, barulah pada awal abad ke-20 masuk dua aliran utama lagu Qur’an masuk ke Indonesia. Kedua aliran tersebut ialah aliran Makkah dan Mesir. Untuk aliran Makkah dikenal lagu Banjakah, Hijaz, Mayya, Rakby, dan Dukkah. Adapun untuk aliran Mishri dikenal Bayyati, Hijaz, Shoba, Rasht, Jiharkah, Sikah, dan Nahawand.
Untuk irama bayati yang merupakan aliran mishri, ia mulai berkembang di Indonesia sejak paruh abad 20. Hal ini seiring dengan gencarnya eksebisi qari’ Mesir ke Indonesia. Yang mana dengan hadirnya mereka menjadikan maraknya lagu model Mishri di tangah-tengah qori Indonesia.
Bahkan saking gencarnya, pada tahun 60-an pemerintah Mesir mensuplai sejumlah maestro qari’ ternama kala itu seperti Syeikh Abdul Basith Abdus Somad, Syeikh Musthofa Ismail, Syeikh Mahmud Kholil Al Hushori, dan Syeikh Abdul Qadir Abdul Azim.
Animo dan ketertaikan umat Islam Indonesia terhadap lagu-lagu Mishri demikian besar. Hal ini disebabkan karakter lagu Mishri yang lebih dinamis dan merdu. Keadaan ini cocok dengan kondisi alam Indonesia. Sejumlah qari’ yang menjadi pionir lagu Mishri di Indonesia adalah : KH Bashori Alwi, KH Mukhtar Lutfi, KH Aziz Muslim, KH Mansur Ma’mun, KH Muhammad Assiry, dan KH Ahmad Syahid.
Tingkatan Irama Bayati
Dalam praktiknya, irama bayati memiliki beberapa tingkatan yang harus diperhatikan setiap qori’ ketika membaca dengan irama yang indah ini. Berikut tingkatannya:
Bayati memiliki 4 (empat) tingkatan tangga nada (scale):
- Bayati Qoror (dasar)
- Bayati Nawa (menengah)
- Bayati Jawab (tinggi)
- Bayati Jawabul Jawab(tertinggi)
Contoh Irama Bayati
Lantas, seperti apakah irama bayati yang baik dan benar sesuai kaidah? Berikut ini beberapa link youtube yang dapat Anda jadikan sebagai contoh dalam belajar bayati:
1. Belajar bayati dengan Yosi Nofita Sari:
2. Belajar bayati dengan H. Muammar ZA
3. Lantunan Juz 30 irama bayati bersama Ust Kris
4. Belajar bayati dengan Ust. Muzammil Hasballah
5. Irama Bayati Syaikh Bandar Balilah
Demikian informasi yang dapat kami sajikan. Semoga Allah memberikan kita keistiqomahan dalam membaca Al Qur’an dengan baik dan indah. Wallaahu A’lam
Baca juga: