Mahalul Qiyam lirik biasa dibaca saat pembacaan kitab-kitab Rawi maupun saat peringatan Maulid Nabi. Mahalul qiyam sendiri merupakan salah satu sholawat yang biasa disebut dengan sholawat Ya Nabi Salam Alaika. Hal ini dikarenakan lirik pertama dari sholawat ini memang Ya Nabi Salam Alaika.
Ketika pembacaan sholawat Mahallul Qiyam dilangsungkan, setiap orang yang turut hadir dalam majlis tersebut berdiri. Ya, lirik Mahalul Qiyam ini akan dibawakan dengan posisi berdiri dan terkadang juga disertai dengan tabuhan rebana.
Mahalul Qiyam Lirik Arab, Latin dan Artinya
Sebagaimana yang sudah diketahui, dalam mahalul qiyam akan dibacakan sholawat yang biasa dikenal dengan sholawat Ya Nabi Salam Alaika. Bagi orang-orang yang sudah terbiasa membaca sholawat tersebut, tentu akan mudah saat disuruh meghafalnya.
Namun bagi Anda yang belum mengetahui lirik seluruhkan sholawat Ya Nabi Salam Alaika, berikut ada lirik baik dalam tulisan Arab, dalam tulisan latin beserta artinya yang bisa coba diresapi.
Baca: Allahumma Sholli ala Sayyidina Muhammad
ﻳَﺎ ﻧَﺒِﻲ سَلَاﻡْ ﻋَﻠَﻴْﻚَ – ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝْ سَلَاﻡْ ﻋَﻠَﻴْﻚَ
Yaa nabii salaam ‘alaika, Yaa Rasuul salaam ‘alaika
Wahai Nabi, salam sejahtera untukmu, Wahai Rosul salam sejahtera untukmu.
ﻳَﺎ ﺣَﺒِﻴﺐْ سَلَاﻡْ ﻋَﻠَﻴْﻚَ – ﺻَﻠَﻮَﺍﺕُ ﺍﻟﻠَّﻪ ﻋَﻠَﻴْﻚَ
Yaa habiib salaam ‘alaika, sholawaatullaah ‘alaika
Wahai kekasih, salam sejahtera untukmu dan Sholawat (rohmat) Allah untukmu.
ﺃَﺷﺮَﻕَ ﺍﻟﺒَﺪْﺭُ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ – ﻓَﺎﺧْﺘَﻔَﺖْ ﻣِﻨْﻪُ ﺍﻟﺒُﺪُﻭْﺭُ
Asyroqol badruu‘alainaa, fakhtafat minhul buduuru
Bulan purnama telah terbit menyinari kami, Pudarlah purnama purnama lainnya.
ﻣِﺜْﻞَ حُسْنِك ﻣَﺎ ﺭَﺃَﻳْﻨَﺎ – ﻗَﻂُّ ﻳَﺎ ﻭَﺟْﻪَ ﺍﻟﺴُّﺮُﻭْﺭِ
Mitsla husnik maa ro-ainaa, qotthu yaa wajhas-suruuri
Belum pernah aku lihat keelokan sepertimu wahai orang yang berwajah riang.
ﺃَﻧْﺖَ ﺷَﻤْﺲٌ ﺃَﻧْﺖَ ﺑَﺪْﺭٌ – ﺃَﻧْﺖَ ﻧُﻮْﺭٌ ﻓَﻮْﻕَ ﻧُﻮْﺭٍ
Anta syamsun anta badrun, anta nuurun fauqo nuurin
Engkau bagai matahari, engkau bagai bulan purnama, engkau cahaya di atas cahaya
ﺃَﻧْﺖَ ﺇِﮐْﺴِﻴْﺮُ ﻭَﻏَﺎﻟِﻲ – ﺃَﻧْﺖَ ﻣِﺼْﺒَﺎﺡُ ﺍﻟﺼُّﺪُﻭْﺭِ
Anta iksiirun wa ghaalii, anta mishbaahush-shuduuri
Engkau bagaikan emas murni yang mahal harganya, Engkaulah pelita hati.
ﻳَﺎ ﺣَﺒِﻴْﺒِﯽ ﻳَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪ – ﻳَﺎﻋَﺮُﻭْﺱَ ﺍﻟﺨَﺎﻓِﻘَﻴْﻦِ
Yaa habiibi yaa Muhammad, yaa ‘aruusal-khoofiqoiini
Wahai kekasihku, wahai Muhammad, wahai pengantin tanah timur dan barat (sedunia)
ﻳَﺎ ﻣُﺆَﻳَّﺪْ ﻳَﺎﻣُﻤَﺠَّﺪْ – ﻳَﺎ ﺇِﻣَﺎﻡَ ﺍﻟﻘِﺒْﻠَﺘَﻴْﻦِ
Yaa mu-ayyad yaa mumajjad, yaa imaamal qiblataini
Wahai Nabi yang dikuatkan (dengan wahyu), wahai Nabi yang diagungkan, wahai imam dua arah kiblat.
ﻣَﻦْ ﺭَﺃَﯼ ﻭَﺟْﻬَﻚَ ﻳَﺴْﻌَﺪْ – ﻳَﺎﮔﺮِﻳْﻢَ ﺍﻟﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻦِ
Man ro-aa wajhaka yas’ad, yaa kariimal waalidaini
Siapa pun yang melihat wajahmu pasti berbahagia, wahai orang yang mulia kedua orang tuanya.
ﺣَﻮْﺿُﻚَ ﺍﻟﺼَّﺎﻓِﯽ ﺍﻟﻤُﺒَﺮَّﺩْ – ﻭِﺭْﺩُﻧَﺎ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟﻨُّﺸُﻮْﺭِ
Haudlukash-shoofîl mubarrod, wirdunaa yauman-nusyuuri
Telagamu jernih dan dingin, yang akan kami datangi kelak dihari qiyamat.
ﻣَﺎ ﺭَﺃَﻳْﻨَﺎ ﺍﻟﻌِﻴْﺲَ ﺣَﻨَّﺖْ – ﺑِﺎﻟﺴُّﺮَﯼ ﺇِﻻَّ ﺇِﻟَﻴْﻚَ
Maa ro-ainaal ‘iisa hannat, bissuraa illaa ilaika
Belum pernah unta putih berbalur hitam berdenting berjalan malam hari kecuali unta yang datang kepadamu.
ﻭَﺍﻟﻐَﻤَﺎﻣَﻪ ﻗَﺪْ ﺃَﻇَﻠَّﺖْ – ﻭَﺍﻟﻤَﻼَ ﺻَﻠُّﻮﺍ ﻋَﻠَﻴْﻚَ
Wal ghomaamah qod adhollat, wal malaa sholluu ‘alaika
Awan tebal memayungimu, seluruh tingkat golongan manusia mengucapkan sholawat kepadamu.
ﻭَﺃَﺗَﺎﻙَ ﺍﻟﻌُﻮﺩُ ﻳَﺒْﮑِﻲ – ﻭَﺗَﺬَﻟَّﻞْ ﺑَﻴْﻦَ ﻳَﺪَﻳْﻚَ
Wa ataakal ‘uudu yabkii, wa tadzallal baina yadaika
Pohon pohon datang kepadamu menangis bersimpuh merasa hina di hadapanmu.
ﻭَﺍﺳْﺘَﺠَﺎﺭَﺕْ ﻳَﺎﺣَﺒِﻴْﺒِﻲ – ﻋِﻨْﺪَﻙَ ﺍﻟﻈَّﺒْﻲُ ﺍﻟﻨُّﻔُﻮْﺭُ
Wastajaarot yaa habiibii, ‘indakadh-dhobyun-nufuuru
Kijang gesit datang memohon keselamatan kepadamu wahai kekasih.
ﻋِﻨْﺪَﻣَﺎ ﺷَﺪُّﻭْﺍ ﺍﻟﻤَﺤَﺎﻣِﻞ – ﻭَﺗَﻨَﺎﺩَﻭﺍ ﻟِﻠﺮَّﺣِﻴْﻞِ
‘Indamaa syadduul mahaamil, wa tanaadau lirrohiili
Ketika serombongan berkemas dan menyerukan untuk berangkat
ﺟِﺌْﺘُﻬُﻢْ ﻭَﺍﻟﺪَّﻣْﻊُ ﺳﺂﺋِﻞْ – ﻗُﻠْﺖُ ﻗِﻒْ ﻟِﯽ ﻳَﺎ ﺩَﻟِﻴْﻞُ
Ji’tuhum waddam’u saail, qultu qif lii yaa daliilu
Kudatangi mereka dengan berlinang air mata seraya kuucapkan tunggulah wahai pemimpin rombongan
ﻭَﺗَﺤَﻤَّﻞْ ﻟِﻲ ﺭَﺳﺂﺋِﻞْ – ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﺸَّﻮْﻕُ ﺍﻟﺠَﺰِﻳْﻞُ
Wa tahammal lî rosaa-il, ayyuhaasy-syauqul jaziilu
Bawakan aku surat yang berisikan kerinduan yang mendalam
ﻧَﺤْﻮَﻫَﺎﺗِﻴْﻚَ ﺍﻟﻤَﻨَﺎﺯِﻝِ – ﻓِﯽ ﺍﻟﻌَﺸِﻲِّ ﻭَﺍﻟﺒُﮑُﻮْﺭِ
Nahwa haatiikal manaazil, fîl ‘asyiyyi wal bukuuri
Membawakan ke tempat yang jauh ketika petang dan paginya.
ﮐُﻞُّ ﻣَﻦْ ﻓِﯽ ﺍﻟﮕﻮْﻥِ ﻫَﺎﻣُﻮﺍ – ﻓِﻴْﻚَ ﻳَﺎ ﺑَﺎﻫِﻲ ﺍﻟﺠَﺒِﻴْﻦِ
Kullu man fîl kauni haamuu, fîka yaa baahîl jabiini
Setiap orang di jagad raya ini bingung (karena sangat rindu) kepadamu wahai orang yang bersinar kedua keningnya.
ﻭَﻟَﻬُﻢْ ﻓِﻴْﻚَ ﻏَﺮَﺍﻡُ – ﻭَﺍﺷْﺘِﻴَﺎﻕُ ﻭَﺣَﻨِﻴْﻦُ
Wa lahum fîka ghoraamun, wasytiyaaqun wa haniinu
Mereka terpikat, tergila-gila dan meronta-ronta dengan mu tentang sifatmu.
ﻓِﻲ ﻣَﻌَﺎﻧِﻴْﻚَ ﺍﻷَﻧَﺎﻡُ – ﻗَﺪْ ﺗَﺒَﺪَّﺕْ ﺣﺂﺋِﺮِﻳْﻦَ
Fii ma’aanîkal anaamu, qod tabaddat haa-iriina
Para makhluk berbeda pendapat dan bingung (tidak mampu menyifati dengan sempurna)
وَصَلَاةُ اللَّهِ تَغْشَا – عَدَّ تَحْرِيْرِ السُّطُوْرِ
Wa sholaatullaahi taghsyaa ‘adda tahriiris-suthuuri
Dan sholawat Allah semoga tercurah
أَحْمَدَ الهَادِی مُحَمَّدْ – صَاحِبَ الوَجْهِ المُنِيرِ
Ahmadal haadii Muhammad shoohibal wajhil muniiri
untuk Ahmad sang petunjuk yaitu Nabi Muhammad pemilik wajah yang bersinar.
اَنْتَ لِلرُّسُلِ خِتَامُ – اَنْتَ لِلْمَوْلٰى شَكُوْرُ
Anta lirrusuli khitaamu anta lil maulaa syakuuru
Engkau penutup para Nabi, engkau syukur dari para hamba
عَبْدُكَ المِسْكِينُ يَرْجُو – فَضْلَكَ الجَمَّ الغَفِيْرَ
‘Abdukal miskiinu yarjuu fadlakal jammal ghofiiru
Budakmu yang miskin mengharapkan keutamaanmu yang besar
فِيْكَ قَدْ اَحْسَنْتُ ظَنِّي – يَابَشِيْرُ يَانَذِيْرُ
Fiika qod ahsantu dhonnii yaa basyiiru yaa nadziiru
Padamu aku bersangka baik, wahai pemberi kabar gembira, wahai pemberi peringatan
فَاَغِثْنِي وَاَجِرْنِي – يَا مُجِيْرُ مِنَ السَّعِيْرِ
Fa aghitsnii wa ajirnii yaa mujiiru minas sa’iiri
Maka tolonglah aku, selamatkanlah aku, wahai sang penyelamat dari api neraka
يَاغَيَاثِي يَامَلَاذِي – فِي مُهِمَّاتِ الاُمُوْرِ
Yaa ghoyaatsii yaa malaadzii fii muhimmaatil umuuri
Wahai penolong, wahai pelindung dalam urusan-urusan genting
سَعِدَ عَبْدٌ قَدْ تَمَلّٰى – وَانْجَلٰى عَنْهُ الحَزِيْنُ
Sa’da ‘abdun qod tamallaa wanjalaa ‘anhul haziinu
Bahagianya hamba merasa senang, hilanglah darinya kesedihan
فِيْكَ يَا بَدْرٌ تَجَلّٰي – فَلَكَ الوَصْفُ الحَسِيْنُ
Fiika yaa badrul tajalla falakal washful hasiinu
Padamu nampak purnama, padamu ada sifat yang indah
لَيْسَ اَزْكٰى مِنْكَ اَصْلًا – قَطُّ يَا جَدَّ الحُسَيْنِ
Laisa azkaa minka ashlan qotthu yaa jaddal husaini
Tidak ada yang lebih bersih asalnya sama sekali dari padamu wahai kakeknya Hasan dan Husain.
فَعَلَيْكَ اللّهُ صَلّٰى – دَآئِمًا طُوْلَ الدُّهُوْرِ
Fa ‘alaikallahu shollaa daa-iman thuulad duhuuri
Allah haruskan sholawat untukmu selamanya sepanjang masa.
يَا وَلِيَّ الحَسَنَاتِ – يَا رَفِيْعَ الدَّرَجَاتِ
Yaa walii yal hasanaati yaa rofii’ad darojaati
Wahai Allah penguasa kebaikan-kebaikan, wahai Allah yang Maha tinggi kedudukannya.
كَفِّرْ عَنِّيَ الذُّنُوبَ – وَاغْفِرْ عَنِّي السَّيِّئَاتِ
Kaffir ‘anniyadz dzunuuba waghfir ‘annis sayyi-aati
Palingkan dariku dosa, dan ampunilah keburukan-keburukanku.
اَنْتَ غَفَّارُ الخَطَيَا – وَالذُّنُوْبِ المُوْبِقَاتِ
Anta ghoffaarul khothoyaa wa dzunuubil muubiqooti
Engkau maha pengampun kesalahan-kesalahan dan dosa yang membinasakan.
اَنْتَ سَتَّارُ المَسَاوِي – وَمُقِيْلُ العَثَرَاتِ
Anta sattarul masaawi wa muqiilul ‘atssarooti
Engkau maha penutup aib-aib, dan pemaaf atas kesalahan-kesalahan.
عَالِمُ السِّرِّ وَاَخْفٰى – مُسْتَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
‘Aalimus sirri wa akhfaa mustajiibud da’awaati
Engkau maha tahu yang samar dan tersembunyi, yang mengabulkan doa-doa.
رَبِّ فَارْحَمْنَا جَمِيْعًا – بِجَمِيْعِ الصَّالِحَاتِ
Robbi farhamnaa jamii’a bijamii’is shoolihaati
Ya Allah ya tuhanku kasihilah kami semua dengan seluruh kebaikan-kebaikan.
Sholawat Ya Nabi Salam Alaika sendiri sudah banyak dibawakan bahkan dikreasikan dalam berbagai jenis nada. Hadirnya variasi lagu untuk sholawat ini tentunya membuat sholawat Ya Nabi Salam Alaika tidak membosankan untuk dilantukan.
Baca: Lirik Sholawat Badar
Pembacaan Mahalul Qiyam Lirik Saat Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw
Memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw adalah hal yang dilakukan umat Islam secara rutin. Dalam perayaan ini, akan dibacakan rentetan sejarah Nabi Muhammad Saw semasa beliau hidup yang dimulai dari beliau lahir ke dunia sampai dengan akhir hayat.
Dari kegiatan ini akan banyak yang menyadari betapa mulianya sifat serta akhlak utusan Allah Swt. Sementara mahalul qiyam sendiri adalah aktifitas yang juga biasa ada dalam perayaan Nabi Muhammad Saw.
Ketika pembacaan mahalul qiyam ini berlangsung, maka setiap orang yang hadir dalam perayaan tersebut akan berdiri. Berdiri seperti ini sebenarnya sudah menjadi tradisi atau suatu kebiasaan yang sebenarnya tujuannya tidak lain untuk menghormati Nabi Muhammad Saw.
Bisa dikatakan juga bahwa tradisi berdiri saat pembacaan mahalul qiyam menjadi salah satu bahasa atau ungkapan kegembiraab kaum muslimin atas kelahiran beliau. Ini juga merupakan ungkapan rasa syukur karena Allah Swt sudah menciptakan serta mengutus Nabi Muhammad Saw untuk menerangi kehidupan.
Baca: Lirik Bacaan Sholawat Syifa Tibbil Qulub
Berdiri Saat Mahalul Qiyam
1. Asal-Usul Berdiri Saat Pembacaan Mahalul Qiyam
Mahalul Qiyam merupakan momen dimana orang-orang akan berdiri setelah duduk sebelumnya saat pembacaan maulid Barzanji. Mengenai berubahnya posisi dari yang awalnya duduk menjadi berdiri berhubungan dengan seorang ulama hadits yang bernama Tajuddin As-Subkhi.
Disebutkan bahwa ulama hadits inilah yang mengawali anjuran untuk berdiri setelah mencapai bagian mahalul qiyam. Adapun Tajuddin As-Subkhi ini sendiri adalah ulama yang mencapai derajat hujjatul Islam atau orang yang hafalan haditsnya melebihi 300.000 hadits yang lengkap dengan sanad serta matannya.
Pada suatu ketika, ulama hadits Tajuddin As-Subkhi ini tengah bersholawat dengan beberapa ulama serta murid beliau. Tiba-tiba beliau memegang tongkat kemudian berdiri yang diikuti oleh seluruh jamaah yang hadir.
Ulama-ulama menilai bahwa apa yang dilakukan oleh sang ulama hadits ini adalah nentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad Saw.
2. Hukum Berdiri Saat Mahalul Qiyam
Sudah menjadi hal yang lumrah jika orang-orang berdiri saat pembacaan mahalul qiyam lirik sebagaimana yang sudah biasa dilakukan ketika perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. Lalu bagaimana bila pada saat tiba pembacaan sholawat Ya Nabi Salam Alaika tersebut kita tidak berdiri?
Mengenai hal ini, perlu diketahui bahwa berdiri ketika pembacaan sholawat Ya Nabi Salam Alaika, dianjurkan untuk berdiri. Hal ini dilakukan untuk menghormati sekaligus mengagungkan Nabi Muhammad Saw sebagaimana yang sudah disampaikan sebelumnya.
Sudah banyak ulama yang menjadi panutan umat yang melakukan hal ini. Kalaupun kita tidak berdiri, maka tidak berdosa karena memang hanya dianjurkan. Namun, tidak berdiri ini bisa jadi karena tiga kondisi sebagai berikut.
- Karena meremehkan keagungan Nabi Muhammad Saw, bisa membuat kita menjadi orang yang kufur
- Tidak berdiri karena malas melakukannya, bukan karena meremehkan serta tidak ada uzur, maka kita akan berdosa
- Tidak berdiri karena memang ada uzur, maka tidak berdosa.
Terkait dengan keterangan tersebut, dalam Kitab Anwarul Buruq fi Anwa’il Furuq, Imam Al-Qarafi menjelaskan sebagai berikut:
قلت: ومن هذا القيام عند ذكر مولده صلى الله عليه وسلم في تلاوة القصة فقد قال المولى أبوالسعود انه قد إشتهر اليوم في تعظميه صلى الله عليه وسلم واعتيد في ذلك فعدم فعله يوجب عدم الإكترث بالنبي صلي الله عليه وسلم وامتهانه فيكون كفرا مخالفا لوجود تعظيمه صلى الله عليه وسلم اه اي إن لا حظ من لم يفعله تحقيره صلي الله عليه وسلم وإلا فهي معصية
Artinya: Saya katakan: berdiri ketika pembacaan Maulid Nabi Saw dalam pembacaan kisahnya, maka Tuan Abu Su’ud berkata sesungguhnya berdiri dalam pembacaan maulid itu sudah masyhur adanya dan sudah menjadi kebiasaan. Adapun orang yang tidak berdiri ketika dibacakan Maulid Nabi Saw bisa seolah-olah tidak menaruh perhatian dan meremehkan Nabi Saw, maka yang demikian ini bisa menyebabkan dirinya kufur dan karena prilakunya tidak sejalan dengan menghormati Nabi Saw. Apabila seseorang tidak berdiri ketika dibacakan maulid dan tidak adanya unsur meremehkan, maka orang tersebut berdosa saja, tidak sampai kufur.
Sehubungan dengan berdiri saat Mahalul Qiyam, dalam Al-I’lam Bi Fatawi Aimmah Al-Islam Haula Maulidhi Alaihi As-sholah Wa As-Salam, Abuya Sayyid Muhammad alawi Al-Maliki Al-Hasani juga memberikan keterangan.
Keterangan dari beliau adalah berdiri ketika perayaan Maulid Nabi itu bukanlah hal yang wajib dan juga bukan hal yang sunnah. Berdiri seperti ini lebih sebagai ungkapan rasa bahagia umat manusia.
Jadi pada saat disebutkan bahwa Nabi Muhammad Saw sudah lahir ke dunia, para pendengar memberikan gambaran bahwa pada saat itu seluruh dunia bergetar bahagia dan kebahagiaan ini diungkapkan dengan cara berdiri.
Jadi, masalah berdirinya saat mahalul qiyam ini lebih pada sebuah kebiasaan serta tidak termasuk dalam ranah agama. Berdiri itu sendiri juga bukan syariat dan bukanlah ibadah namun sebuah kebiasaan yang telah mengakar kuat di tengah masyarakat.
Baca: Lirik Ya Sayyidi Ya Rasulullah
3. Berdiri Sebagai Bentuk Penghormatan Kepada Orang yang Mulia
Mengenai berdiri sebagai bentuk penghormatan seperti ini, Rasulullah Saw sendiri juga sudah mengajarkan kepada para sahabat. Beliau memerintahkan para sahabat untuk berdiri saat menyambut kedatangan sa’ad bin Mu’adz.
Hal ini menjadi pertanda bahwasanya menghormati orang-orang yang sholeh dan berilmu dengan cara berdiri termasuk hal yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw. Ada pula keterangan yang menjelaskan bahwa yang melakukan tradisi ini pertama kali ialah kaum Anshar.
Yakni pada saat mereka menyambut kedatangan Nabi Muhammad Saw bersama para sahabat yang datang ke Madinah. Selain menganjurkan untuk berdiri, Rasulullah Saw juga melarang umat Islam untuk gila hormat dan berharap agar orang lain berdiri untuk menghormatinya.
Ajaran Rasulullah Saw yang tampak kontradiktif ini sesungguhnya mengajarkan umat Islam agar tidak gila hormat atau gila pujian dengan merasa senang saat orang lain berdiri untuknya. Akan tetapi di sisi lain, beliau juga mengajarkan agar berdiri memberikan penghormatan kepada orang sholeh dan mulia.
Dikisahkan pula bahwa ada masa dimana saat Nabi Muhammad Saw berpapasan dengan para sahabat namun para sahabat hanya diam saja dan tetap duduk. Para sahabat melakukan hal ini karena memahami bahwa Nabi Muhammad Saw tidak suka jika mereka berdiri.
Namun diantara para sahabat tersebut, ada seorang yang bernama Hisan ra. Hisan ra berdiri untuk menghormati beliau dan Nabi Muhammad Saw membiarkan Hisan ra melakukannya. Ini juga menjadi petunjuk bahwa apa yang dilakukan oleh Hisan ra bukan termasuk perbuatan yang salah.
Membaca mahalul qiyam lirik saat memperingati hari lahir Nabi Muhammad Saw termasuk perbuatan yang baik. Biasanya memang mayoritas umat Islam membacanya sambil berdiri dan mengenai posisi berdiri ini adalah hal yang dianjurkan untuk menghormati beliau. Wallahu a’lam bish showab.