Hukum chatting dengan non mahram via sosmed (social media) menjadi pertanyaan banyak orang. Mungkin, Anda termasuk di dalamnya.
Tak dapat dipungkiri, persoalan ini menjadi perkara serius untuk Anda pahami. Bagaimanapun, di era digital, aktivitas chatting menjadi hal yang sulit dihindari. Misalnya di Facebook, Instagram, Twitter, dan sosial media lainnya.
Namun, apa jadinya jika kegiatan chatting itu Anda lakukan dengan lawan jenis yang bukan mahromnya? Berikut jawabannya!
Hukum Chatting dengan Non Mahram via Sosmed
Hukum chatting dengan non mahram masuk kedalam hukum interaksi lelaki dengan perempuan. Karena hukum tulisan sama dengan lisan, sebagaimana dalam qaidah fiqh yang masyhur : الكتاب كالخطاب (tulisan seperti ucapan). Syaikh Az Zuhaili dalam kitab al Qawaid al Fiqhiyah wa Tathbiquha fi al Madzahib al Arba’ah menjelaskan :
إن الكتابة بين الغائبين كالنطق بين الحاضرين؛ لأن القلم أحد اللسانين، وقد كان – صلى الله عليه وسلم – مأموراً بتبليغ الرسالة إلى الناس كافة، وبلغهم مرة بالكتاب، ومرة بالخطاب، والقرآن أصل الدين، وقد وصل إلينا بالكتاب
“Tulisan diantara orang-orang yang tidak hadir seperti ucapan diantara orang orang yang hadir. Karena pena adalah salah satu lisan. Rasulullah ﷺ diperintahkan untuk menyampaikan risalah kepada semua manusia, beliau dalam satu kesempatan menyampaikan kepada mereka dengan tulisan , dan terkadang dengan ucapan. Al Quran adalah pondasi agama dan disampaikan kepada kita melalui tulisan” (Al Qawaid al Fiqhiyah, 1/339)
Sedangkan hukum interaksi lelaki dengan perempuan non mahrom, hukum asalnya tidak boleh kecuali ada hajat syar’i yang membolehkan.
Hal itu sangat nampak dalam Al Quran dan banyak hadis Nabi ﷺ yang memisahkan kehidupan lelaki dengan perempuan, seperti dipisahkannya jamaah lelaki dengan perempuan dalam shalat, diperintahkannya perempuan menggunakan kerudung dan jilbab, diperintahkannya lelaki untuk menundukan pandangan kepada non mahram, dilarang berdua-duaan dengan yang bukan mahram, dilarang bercampur baur antara lelaki dan perempuan non mahram, dan masih banyak lagi hukum lainnya yang menunjukan bahwa hukum asal interaksi lelaki dan perempuan itu terpisah.
Syariat Islam mengecualikan beberapa aktivitas yang membolehkan terjadinya interaksi lelaki dengan perempuan non mahram, seperti dalam hal kesehatan antara dokter dan pasien, dalam persaksian diperadilan, di pasar, dalam hal pekerjaan, dll.
Kesimpulannya, hukum chatting dengan non mahram via sosmed hukum asalnya tidak boleh, kecuali dalam perkara-perkara tertentu yang dibenarkan oleh syariat sebagaimana yang kami maksud di atas.
Waallahu’alam***
Rubrik Fiqih diasuh oleh ustadz Robi Pamungkas, Pengajar Mahad Khadimus Sunnah Bandung