Anda sedang mencari informasi seputar Pondok Pesantren Lirboyo? Jika iya Anda datang ke tempat yang tepat. Kami telah mengumpulkan berbagai data mengenai Ponpes Lirboyo. Semoga bermanfaat
Sekilas Pesantren Lirboyo
Jika pada umumnya nama pesantren menggunakan nama yang berbahasa arab, maka tidak dengan pesantren yang satu ini. Nama Lirboyo sebagai nama pesantren diambil dari nama desa tempat berdirinya pesantren ini. Tepatnya desa ini terletak di di barat Sungai Brantas, di lembah gunung Willis, Kota Kediri.
Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo erat sekali hubungannya dengan awal mula KH. Abdul Karim menetap di Desa Lirboyo sekitar tahun 1910 M. Perpindahan KH. Abdul Karim ke Desa Lirboyo atas dorongan dari mertuanya sendiri yaitu Kyai Sholeh yang pada waktu itu menjadi seorang da’i. Beliau berharap dengan menetapnya KH. Abdul Karim di Lirboyo, maka syiar Islam akan tersebar lebih luas.
Tiga puluh lima hari setelah menempati wilayah tersebut, KH. Abdul Karim mendirikan surau mungil nan sederhana untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta. Kemudian singkat cerita datanglah santri pertama yang mengaji kepada beliau bernama Umar yang berasal dari Madiun. Tahun demi tahun, keberadaan Pondok Pesantren Lirboyo semakin dikenal oleh masyarakat luas dan semakin banyaklah santri yang berdatangan mengikuti santri-santri sebelumnya untuk bertholabul ilmi.
Biografi Pendiri
KH. Abdul Karim lahir tahun 1856 M di desa Diyangan, Kawedanan, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah, dari pasangan Kiai Abdur Rahim dan Nyai Salamah. Manab adalah nama kecil beliau dan merupakan putra ketiga dari empat bersaudara. Saat usia 14 tahun, mulailah beliau melanglang buana dalam menimba ilmu agama dan saat itu beliau berangkat bersama sang kakak (Kiai Aliman).
KH. Abdul Karim menikah dengan Siti Khodijah Binti KH. Sholeh, yang kemudian dikenal dengan nama Nyai Dlomroh. Dua tahun kemudian KH. Abdul karim bersama istri tercinta hijrah ke tempat baru, di sebuah desa yang bernama Lirboyo, tahun 1910 M. Disinilah titik awal tumbuhnya Pondok Pesantren Lirboyo.
Secara garis besar KH. Abdul karim adalah sosok yang sederhana dan bersahaja. Beliau gemar melakukan riyadlah; mengolah jiwa atau tirakat, sehingga seakan hari-hari beliau hanya berisi pengajian dan tirakat.
Sosok KH. Abdul Karim adalah sosok yang sangat istiqomah dan berdisiplin dalam beribadah, bahkan dalam segala kondisi apapun dan keadaan bagaimanapun, hal ini terbukti tatkala beliau menderita sakit, beliau masih saja istiqomah untuk memberikan pengajian dan memimpin sholat berjamaah, meski harus dipapah oleh para santri. Akhirnya, pada tahun 1954, tepatnya hari senin tanggal 21 Ramadhan 1374 H, KH. Abdul Karim berpulang ke rahmatullah, beliau dimakamkan di belakang masjid Lirboyo.
Kurikulum
Untuk kurikulumnya sendiri, pesantren yang masih bercorak salafiyah ini tidak berbeda dengan pesantren salafiyah lainnya. Sebagai pesantren salafiyah, tentu pembelajaran kitab kuning menjadi nyawa dan ruh bagi Lirboyo. Kitab-kitab dari tingkat dasar hingga tingkat atas dari berbagai fan ilmu akan dikaji sesuai dengan pemahaman dan kemampuan para santri. Dari mulai Jurumiyah, Aqidatul Awam, Arbain Nawawi, Taqrib, I’lal, Amsilah Tashrifiyah, Jauharul Maknun, Fathul Qarib, dsb semuanya insya Allah akan santri kaji.
Adapun metode pembelajaran kitab kuningnya menggunakan metode:
1. Classical (madrasah/ sekolah) diterapkan sebagai pembelajaran wajib yang disesuai dengan kemampuan masing-masing santri dalam menyerap dan memahami keilmuan yang diberikan. Bersifat wajib bagi santri-santri dengan mata pelajaran yang telah dibakukan sebagai tingkatan-tingakatan pembelajaran. Di mulai pada pertengahan bulan Syawal sampai pada akhir bulan Rajab di setiap tahunnya. Dengan masa libur 2 kali dalam 1 tahun yakni 10 hari pada bulan Maulid dan 30 hari di bulan Ramadlan.
2. Tradisional (Pengajian Kitab) berupa pengajian bandongan, sorogan, diskusi/ musyawarah pendalaman masalah teks keagamaan dan bahtsul masail dengan kupas problema keagamanan terkini.
Kehidupan Santri
Adapun untuk kehidupan santrinya sendiri sama seperti kebanyakan pesantren pada umumnya. Para santri setiap harinya selain melaksanakan kajian kitab, mereka juga mengikuti pembelajaran jenjang formal sesuai dengan usianya. Kemudian sebagai ciri khas pesantren tradisional di tanah jawa, para santri pun dituntut untuk mampu menghafalkan berbagai matan kitab-kitab kuning seperti matan jurumiyah, matan imrithi, matan aqidatul awam, dan lainnya.
Biaya Pendidikan
Biaya Iuran Syahriyah Ponpes Lirboyo TA 2022/2023
Komponen Biaya | Besaran Biaya |
---|---|
Gedung Santri Baru | Rp25.000 |
Uang Pangkal Santri Baru | Rp10.000 |
Buku Tiga Tokoh | Rp12.000 |
Buku Tata Tertib Santri | 1.800 |
Biaya Administrasi | Rp2.500 per tahun |
Pengembangan Sarana | Rp6.000 per tahun |
Pendidikan dan Penerangan | Rp1.500 per tahun |
Rekening Listrik | Rp7.500 per bulan |
SPP | Rp13.000 per bulan |
Pramuka | Rp350 per bulan |
Kesehatan | Rp1.500 per bulan |
Pengairan | Rp2.250 per bulan |
Kebersihan | Rp2.250 per bulan |
Dana Pembangunan | Rp15.000 per bulan |
Iuran Yayasan | Rp500 per bulan |
Pengembangan Pondok Cabang | Rp1.000 per bulan |
Akomodasi | Rp1.500 per bulan |
Jumlah Pembayaran Tiap Bulan | Rp44.850 |
Biaya Iuran Non Syahriyah Ponpes Lirboyo TA 2022/2023
Komponen Biaya | Besaran Biaya |
---|---|
Jam’iyah Pusat | Rp16.000 per tahun |
Jam’iyah Wilayah | Rp20.000 per tahun |
Jam’iyah Far’iyah | Rp20.000 per tahun |
Musyawarah HP | Rp10.000 per tahun |
HBD Daerah | Rp20.000 per tahun |
Safari Daerah | Rp15.000 per tahun |
Kas HP | Rp10.000 per tahun |
Kas Blok | Rp5.000 per tahun |
Kas Kamar | Rp25.000 per tahun |
Kas Pembangunan | Rp10.000 per tahun |
Sosial | Rp5.000 per tahun |
Kalender | Rp22.000 per tahun |
Biaya Madrasah Ponpes Lirboyo TA 2022/2023
Komponen Biaya | Besaran Biaya |
---|---|
Pendaftaran Ujian Masuk | Rp15.000 |
Pangkal Siswa Baru | Rp15.000 |
Sumbangan Pembangunan Siswa Baru | Rp30.000 |
Syariyah | Ibtidaiyah : Rp57.700 |
Tsanawiyah : Rp58.900 | |
Aliyah : Rp59.400 | |
I’dadiyah : Rp55.800 |
Untuk biaya pendidikan, Pondok Pesantren Lirboyo tidak mematok biaya yang mahal. Bahkan, bisa dibilang uang sekolah di pondok pesantren ini sangat terjangkau. Jika ditotal, biaya masuknya hanya sekitar Rp. 150.000, adapun biaya bulanannya hanya Rp. 44.850. Murah sekali bukan? Oh ya tapi itu tidak termasuk biaya makan ya… Untuk makan santri mesti menyiapkan bahan makanan masing-masing.
Alumni Terkenal
Sangat banyak sekali tokoh dan ulama besar yang lahir dari rahim Lirboyo. Salah satunya adalah Ketua Besar PBNU saat ini yaitu Prof Dr KH Said Aqil Siradj. Ada juga pakar Qur’an paling ternama di Indonesia yaitu Dr KH Akhsin Sakho Muhammad. Dan tentu masih banyak lagi tokoh lainnya.
Begitulah sekelumit profil tentang Pondok Pesantren Lirboyo. Semoga bermanfaat ya!
Baca juga: